Wednesday, December 31, 2008

Resolusi Tahun Baru 2009 buat Tanah Totabuan

If you want to lift yourself up, lift up someone else.

- Booker T. Washington (1856 -1915)


Kata-kata mutiara dari Booker T. Washington, tokoh pendidikan Amerika sepanjang masa, dalam kutipan di atas bermakna: "Jika ingin mengangkat martabat diri sendiri, maka angkatlah martabat orang lain."

Di hari pertama tahun 2009 ini, saya sangat tersentuh oleh pesan yang dikandung kata-kata mutiara itu. Saya berefleksi atas kehidupan saya pribadi dan apa yang terjadi di sekitar saya, di dunia, di Indonesia dan di Bolaang Mongondow.

Khusus untuk Bolmong, saya bertanya kepada diri sendiri: Apakah yang pernah saya lakukan bagi Bolmong untuk mengangkat harkat dan martabat Bolmong? Saya berpikir keras, dan hanya bisa berpuas diri dengan jawaban sederhana ini:

Saya sering menggunakan kesempatan mengajar sebagai peluang memperkenalkan Bolmong kepada siswa dan mahasiswa saya. Saya juga sering menggunakan kesempatan presentasi saya dalam forum-forum resmi dan tidak resmi di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional yang pernah saya ikuti untuk memperkenalkan bukan hanya diri sendiri tetapi juga kampung halaman tercinta Bolaang Mongondow yang, terus terang, masih relatif tidak dikenal (bahkan di Pulau Sulawesi sendiri!).

Tanpa malu-malu, rupanya saya telah mengangkat diri sendiri menjadi "Duta Bolaang Mongondow" di manapun saya memperoleh kesempatan berbicara. Saya yakin, banyak putra Totabuan yang telah melakukan hal yang sama, dan tampaknya Bolmong masih butuh lebih banyak lagi.

Bolmong sedang mengalami kemajuan dalam banyak hal terutama dalam bidang ekonomi dan politik daerah. Akan tetapi, kita juga melihat berbagai ketimpangan di Bolmong saat ini dalam manajemen pemerintahan dan pembangunan, kehidupan sosial masyarakat, perekonomian rakyat, pengelolaan lingkungan hidup, kebudayaan, bahasa, sejarah daerah dan lain-lain. Putra-putri Totabuan di berbagai tempat telah sering menyoroti secara kritis ketimpangan-ketimpangan tersebut dalam berbagai forum, tetapi perubahan -terutama sikap para penguasa dan masyarakat- tampak masih sangat jauh dari harapan. Dari berbagai persoalan itu, menurut amatan saya, tampak sekali bahwa salah satu kelemahan terbesar Bolmong terletak pada kenyataan bahwa pemikiran kritis belum berkembang secara maksimal di tengah masyarakat dan, kalaupun ada, tidak diakomodasi sepenuhnya oleh penguasa dan pemuka masyarakat.

Pemikiran kritis hanya bisa berkembang jika Bolmong serius mencetak lebih banyak lagi pemikir, pengajar, ilmuwan, dan peneliti di Bolmong sendiri yang menguasai bukan hanya bidang-bidang ilmu yang sudah ada di beberapa perguruan tinggi swasta di Bolmong saat ini, tetapi juga dalam bidang-bidang lain, terutama pendidikan, budaya, bahasa dan sejarah daerah yang hingga kini nyaris tidak dipedulikan sama sekali.

Salah satu tempat mencetak cendekiawan adalah perguruan tinggi negeri (PTN). Provinsi Totabuan yang dicita-citakan masyarakat Bolmong hanya akan lengkap dan bermakna kalau Bolmong memiliki PTN, sebagaimana halnya provinsi-provinsi lain di tanah air. Tetapi kalau berita pembentukan PTN tak terdengar lagi dan suara-suara pro-PTN kian senyap seperti saat ini, saya berharap bahwa para pendukung ide ini dapat menggunakan momentum Tahun Baru 2009 ini untuk bangkit lagi, menyatukan diri, menetapkan sasaran, bersuara lebih lantang dan bekerja lebih keras lagi.

Dalam konteks Bolmong, "orang lain" yang perlu diangkat martabatnya (seperti dalam kata mutiara Booker T. Washington) adalah putra-putri masa kini dan masa depan Totabuan yang perlu dididik menjadi pemikir, pengajar, ilmuwan dan peneliti bagi kemajuan Tanah Totabuan di masa depan.

Selamat Tahun Baru 2009 untuk Bolaang Mongondow!